Friday, November 26, 2004

...tanpa judul...

Work as if you don't need money.
Love as if you have never been hurt.
Dance as if nobody can see you.
Live as if earth was heaven.

Thursday, November 25, 2004

Ternyata Para Pria Itu...........

62,00 % Mengakui pernah menggesekkan atau menekan kemaluannya pada wanita di dekatnya.
46,00 % Mengatakan memilih-milih tampang dan model untuk membangkitkan gairah.
50,00% Menjelaskan bahwa respon para wanita yang menjadi obyek hanya diam dan menikmati.

Kehidupan kota yang hiruk-pikuk dan berjejalan di beberapa tempat umum, membuat para pria dan wanita terpaksa saling bersinggungan tubuh. Dan beberapa pria, ternyata menjadikan hal ini peluang melakukan seks “gesek-gesek”.
......

eirrrrrrrrrrrrgggggghhhhhhhhhhhh....... dan kaum lelaki ga pentingini sering melakukannya di bis.... eeueuuhhhhhhhhhhhhhccchhh...

Info yang gue dapet dari milis HRFM ini, tepatnya dari Eko, cukup mengingatkan gue waktu sma, tepatnya pulangsekolah.. know what, gue selalu pisau lipat, itupun atas saran daritemen gue yg pernah jadi korban. Gue nggak pernah menikmati, males banget kaleeee.... sekali sih gue memberanikan diri untuk menyikutkemaluannya, huahahahaha.... posisinya gue lagi duduk & dia berdisidisamping gue.. temen gue "mengkode" gue supaya gue sikut aja, and I did it! hahahahaha... senyum kemenangan langsung keluar dari bibirgue!! gue sebellllllllll...

Lain lagi dgn temen gue yang selalu pulang pergi menggunakan keretaapi, lebih parah... dan tambah parahnya lagi.. dari penampilan itu cowok terlihat kalo dia orang yang well-educated, tapi entah kenapa dia melakukan kebodohan yang nggak penting itu! Bener-bener memanfaatkan ruang gerak yang sangat terbatas untuk hal kayak gitu.. Dan kalu sudah diposisi seperti itu sangat susah buat korban untuk menjauh.. Gimana dong?

Aduhhhhh.... ditambah lagi mereka itu suka banget yangt angannya "jalan2" kemana2, di mikrolet lho booooo... Ya ampiiiiuuuunnn..... untungnya gue blm pernah jadi korban.. kebetulan gue lagi naik mikrolet, sekitar jam 7 malem, depan gue ada2 orang mbak2 dan sebelahnya bapak2 berumur sekitar 40an. Know what? Tangannya dooooong... uuuhhh yuuuuk... lagi "tamasya" gitu.. Tampang mbak2nya langsung panik dan dia berusaha menjauh tapi akhirnya mentok. Gue ngeliatnya tuh emosi berat sama itu bapak2.. amit2 dehhhhh.. Langsung aja gue bilang, "Tabok aja mbak, laki kayak gitu mah jgn dikasihanin, udah tua juga!" huehehehe... Gue sok berani gitu krn pas gue udah mau turun dari mikrolet, dan itu bapak langsung liat gue sinissssss banget.. bodo amat deh pikir gue, "I know what I'm doing and He's doing wrong", gitu pikir gue...

Hellloooouuuuwwwww para lelaki....!!
Gue mau nanya, mungkin cewek ada kali yang kayak gitu, tapi dikit banget. Cuma ada apa sih dengan kalian kok sampe segitunya? Memang ga bisa ngontrol hasrat di tempat umum ya? Mending kalo kenal... ga maksud untuk bawa2 gender sih, tapi mayoritas memang begitu...

Helllooouwwww para wanita...!!
Keep our pride as a woman, kalo digituin jangan diem aja... dianya keenakan nanti.. kalo lo emang menikmati sih lain soal yaaa.. huehehehehehehe... siapa tau bisa dilanjutkan.. wakakakakakakak.. **yeah.. right! geblek deh gue**

STOP PELECEHAN SEKSUAL!!!

Sekretarisku.. Tempat Curhatku..

"Aduh, mbak, mudah-mudahan aja yaa dengan keikutsertaan saya di kegiatan Reader's Digest, saya bisa tambah deket sama dia.."

Berprofesi sebagai sekretaris itu sudah menjadi keinginan gue dari sejak SMA. Awalnya sih waktu gue SMP bokap gue bilang supaya gue kuliah di LPK Tarakanita supaya bisa jadi sekretaris seperti tante gue, Tante Ani. Dan gue setuju!

Setelah lulus dari SMU Asisi gue masuk LPK Tarakanita yang ternyata pendidikannya susaaaaaaaah banget... dan akhirnya gue lamaaaaaaaaa banget lulusnya.. hahahahaha... karena gue terlalu santai juga sih! Tapi gue bangga menjadi salah satu mahasiswi di Tarki.

Akhirnya, tepat tanggal 27 Agustus 2003 mulai bekerjalah gue di sebuah perusahaan media yang cukup besar, Femina Group, tepatnya di bagian redaksi Reader's Digest Indonesia (lisensi dari Reader's Digest, Pleasantville, New York, US) menjadi Sekretaris Redaksi. Kerja disini suasananya sangat menyenangkan, sekali lagi, suasananya, huehehehehe! Setiap hari model keluar masuk untuk pemotretan, artis keluar masuk untuk pemotretan & wawancara, pokoknya ada aja dehhh yang dateng.. Mulai dari artis lokal sampe luar negeri.

Ternyata, sekretaris itu kerjaannya nggak cuma daily duty yang umum saja, lho.. Nggak jarang ada pembaca yang nelepon ataupun dateng ke kantor cuma untuk CURHAT!!! Huahahahahaha... gue juga bingung kok bisa gitu..

Scene 1.
Seorang Bapak datang dateng ke kantor gue.


"Saya nggak bisa memilih salah satu dari kedua majalah ini!", sambil memegang majalah Reader's Digest di tangan kanan dan majalah Intisari di tangan kiri (FYI, menurut orang-orang, kedua majalah ini saling berkompetisi, walopun menurut gue isinya beda banget).
"Kenapa nggak bisa, Pak?"
"Karena dua-duanya berguna sekali buat saya. RD punya sesuatu yang Intisari nggak punya, begitu juga sebaliknya. Tau nggak, mbak?! Koleksi RD saya dari beberapa tahun lalu yang bahasa Inggris masih ada lho....."


... sampe 1 jam kita membahas kedua majalah itu...


Scene 2.
Seorang Bapak datang ke kantor dengan membawa flashdrive berisi cerita humor-humornya.

"Mbak Uthe ya? Beberapa waktu lalu saya pernah ngirim 50 buah cerita humor melalui humor, sudah diterima belum, mbak? Nama saya Bapak Michael**"
"Ditunggu, Pak. Saya lihat dulu. Oh iya, sudah diterima dengan baik."
"Bagaimana, mbak? Humor saya layak untuk dimuat di RD, nggak?"
"Wah, kalau soal itu tergantung dari Editor saya, Pak."
"Kira-kira kapan, ya, bisa dimuat di RD?"
"Cerita humor yang masuk di redaksi sifatnya timeless, nggak bisa dipastikan akan masuk di edisi kapan, begitu juga dengan cerita humor Bapak."
"Tolong lah, mbak... Saya sedang butuh uang sekali, nih.. Mbak bisa tolong saya kan?"

...akhirnya gue serahkan ke boss gue, gue udah speechless...

Scene 3.
Seorang wanita muda berumur 27 tahun nelp gue untuk reservasi kegiatan RD.

"Mbak, saya mau ikutan Kine Club, saya bisa daftar ke mbak?"
"Bisa, mbak.. Atas nama siapa dan berapa orang?"
"Atas nama Regina** dan saya boleh ajak temen ya?"
"Oh.. tentu boleh, mbak.."
"Tapi ini laki-laki, nggak apa-apa, mbak?"
"Ya nggak apa-apa.. cewek boleh, cowok boleh, tengah-tengah juga boleh.. Nama temannya siapa, mbak?"
"Harus pakai nama yaa?", sambil ketawa malu-malu gitu...
"Iya, itu perlu buat saya sebagai daftar peserta."
"Aduh, Mbak.. saya malu..", hah.... plissss deCCCh... hahaha...
"Hmm.. pacarnya, ya, mbak?"
"Eh.. hehehe.. belom.. baru deket aja.. Namanya Ricardo** Iya, mbak.. saya mau ngajak dia ikutan nonton sama RD. Saya boleh sekalian daftar untuk Book Club juga? Sama dia juga, mbak.."
"Ok, jadi Kine Club & Book Club mbak akan bersama mas Ricardo yaa.. ticketnya untuk 2 orang."
"Iya, mbak.. Terima kasih yaa.. Mohon didoakan saja supaya kegiatan RD ini bisa bikin saya dan dia tambah deket..", yeahhh... right.. hahaha... giling yaaa...
"Oh, ok, siapa tau setelah ini kami di RD dapet kabar baik tentang Mbak berdua.. hahahaha..", uhhhh... yuuuk.. teteeeup mancing gini gue.. hahahhaa.. ;)
"Tentu, Mbak.. Kan, demi silaturahmi Saya dan redaksi RD. Oh iya, Mbak Uthe sudah berkeluarga?"

...dan seterusnya sampai kurang lebih 30 menit...

Well, ketiga scene diatas hanya beberapa cerita aja.. macem-macem.. aneh-aneh.. yang kadang bikin gue mikir, "heeeeelllloooouuuwwww... penting ga sehhhhh?", hahahahahaha! Secara gue adalah sekretaris, maka gue harus tetap hangat & ramah dalam menjawab pertanyaan serta tanggapan mereka.. walaupun gue udah males.. huehehehehe.. Paling lama yaa waktu scene 1 itu, 1 jam boooo ngobrol di meja gue.. kupas tuntas isi RD Indonesia sampe RD Amerika.

Gue nggak menyesal sama sekali akan kejadian2 tersebut, karena cukup bisa mewarnai hari gue di kantor.. Setiap abis ada yang telp, pasti gue langsung nyamperin meja temen-temen gue dan bilang, "tau nggak siiih bo.. ada yang nelp .... bla.. bla.. bla..", huahahahahaha! Gue cerita ke boss gue dan gue bilang jangan-jangan entar ada hotline servicenya RD niiiih...

Yang scene 3, akhirnya temen-temen gue pada nemenin gue di meja registrasi, berharap bisa lihat penampakan Mbak Regina itu.. Begitu Mbak Regina masuk ruangan, spontan kita langsung senyum-senyum dan bilang, "booooo......", huahahahahahahahaha.. Tapi sayang, saat itu Mbak Regina tidak membawa pacarnya itu..

Inti dari semuanya, semenyebalkan apapun kerjaan gue di kantor, gue tetep cintaaaaaaaaa dengan profesi gue sebagai sekretaris. Motivator gue adalah Tante gue itu, she's really doing great!!!!!!!!! Mantaffffffff!!!!

Hmmm.... sekarang gimana dengan lo yang mungkin punya profesi sama seperti gue, sebagai sekretaris, ada pengalaman seru? Lo bisa berbagi cerita apa aja sama gue.. please drop me a comment.

(Tarki so good and enjoyable... It always gives you the best result.. It's my favorite academy too... Tarki.. Tarki.. Tarkiiiiiiiiii.... -lagu ospek-)


**: nama gue rubah.

Tuesday, November 23, 2004

Lebaran Setelah Pulang dari Gereja

Lebaran tahun ini jatuhnya tepat di hari Minggu dan ada hal yang buat gue seneng walaupun mungkin kesannya nggak penting..

Gue & bokap gereja pukul 06.00 WIB, jalan kaki, maklumlah kalo pagi² bokap maunya jalan, biar sehat.. huehehehe..

Selesai kebaktian sekitar pukul 07.30 WIB dan berjalan kakilah kita menuju rumah. Kebetulan rumah gue berdekatan dengan sebuah mesjid dan satu bangunan dengan tempat tinggal Imam-nya. Setiap gue pulang dari gereja, gue pasti melewati mesjid itu, dan kebetulan.. pas gue lewat situ pas tetangga lagi bersalaman didepan rumahnya.. rame banget.. baru selesai sholat Ied kali yaaa...

Lalu gue bilang sama bokap gue,
"Pa, kita mampir, yuk, salaman sama mereka.. Ikutan Lebaranan juga, mumpung lagi lewat sini.."
"Kamu mau? Ya udah kita mampir dulu."
Mampirlah kita di rumahnya dan saling bersalaman dengan tetangga yang kebetulan juga ada disitu.. Hati gue saat itu langsung excited sendiri, gimanaaaa gitu.. Mmmpphh... mungkin nggak terlalu berkesan buat orang lain, tapi ini berkesan banget buat gue.. Apalagi waktu Bapak Imam tersebut melihat kami berdua, "wahhh... nggak nyangka mau mampir kesini.. baru pulang dari gereja yaa? ayo masuk dulu, nyicip2 kue buatan ibu!", gimanaaa gitu... ada yang beda.. lalu, tetangga-tetangga yang lain juga --menurut gue-- agak excited juga begitu gue ber-minal aidin sementara tangan gue yang satu megang Alkitab & buku lagu kebaktian.

Saat itu juga gue berpikir, seandainya semua orang bisa rukun tanpa membedakan satu sama lain.. dia A atau dia B atau apalah namanya.. pasti dunia akan damai banget seperti perasaan gue saat itu.. Apalagi pada saat sekarang, dimana banyak sekali terjadi masalah yang mengatasnamakan agama.. makin murka nggak sih Tuhan sama kita? Terkadang gue suka mikir, kok seakan2 kita ini merasa paling benar yaa? Kalau kata pendeta gue, pengadilan tertinggi adalah pengadilan yang ada "di atas" dan nggak bisa disuap dengan apapun juga.

Well, ini adalah Lebaran terindah yang gue pernah alami selama 23 tahun ini... gila yaaaa... ini nggak berlebihan.. it cames truly from my heart.. :)

Bagaimana dengan Lebaran kalian? Lo bisa cerita apa aja kok ke gue, please drop a comment, yaaa..

Friday, November 12, 2004

Piss aja biar tentram jadinya don't worry

Piss aja biar tentram jadinya don't worry
O My God please dong kita juga manusia
Mari lepaskan segala beban di dunia
Piss (peace) aja biar tentram jadinya don't worry
Anyway kitapun gak hidup sendiri
Saling berpeluk - pelukan
Saling bersalam-salaman
Saling berma'af-ma'afan
Kita terlahir kembali
(Dari Jingle Lebaran Hard Rock FM Jakarta)

Taqabballahu Minna wa Minkum, waj’alana Minal Aidin wal Faizin, Kullu Aamin wa Antum Bikhoirin.

Semoga Rahmah ALLAH SWT Selalu Menyertai Kita Semua.
AMIIN YA ROBBAL 'ALAMIIN.

Wednesday, November 10, 2004

Masih under construction

Finally gue memberanikan diri bikin blog, secara gue tau ini jauh lebih sulit.. pake script²an segala, dll.. Gue sih udah ada multiply, tapi penasaran aja dengan blogspot, lebih rumit sih, tapi lebih gimanaaaa gitu... Geto will help to do this, thanks a lot pal!!! :)

View my multiply page at http://ibukomandan.multiply.com

Hadiah dari Sinterklas

Kita nggak mungkin lupa dengan sosok Bapak yang sudah tua, dengan rambut yang hampir seluruhnya beruban, perutnya yang buncit, janggut putihnya, baju merahnya dan sekantung karung penuh hadiah. Hmmm... bener.. itu adalah Santa Claus atau sering disebut Sinterklas. Bener nggak sih kalau Santa itu ada?

Gue baru baca artikel di majalah Reader's Digest Indonesia yang judulnya Ungkapan Kasih Lewat Santa Claus, menarik banget deh.. bahkan gue bacanya sambil tersenyum-senyum sendiri.. mengingat masa SD gue yang sangat penasaran dengan adanya seorang Santa Claus.

Artikel itu bercerita tentang seorang Ibu yang menyamar menjadi Santa Claus melalui surat. Si anak mengirimkan surat permohonannya, lalu Ibunya membalas dengan mengatasnamakan Santa Claus. Tapi pada akhirnya anak-anak mereka mengetahui hal tersebut, huehehhe..

Sisil, temen SD gue di Strada Van-Lith II, menunjukkan sepatu barunya ke gue dan teman-teman sekelas yang lain,
"Sepatu kita baru, lho.. mengkilap lagi!"
"Ihhh.. bagus banget.. pasti dibeliin mama kamu ya?"
"Bukan, ini hadiah dari Sinterklas."
"Hah? Sinterklas? Masa sih? Gimana caranya?"
"Gampang banget! Pas malam Natal kamu letakin kardus kosong dibawah pohon cemara, kalau kamu nggak punya pohon cemara kamu letakin aja di bawah pohon Natal. Terus, di kardus itu kamu tulis barang apa saja yang kamu minta, lalu kamu berdoa pada malamnya, supaya sinterklas ngasih hadiah yang kita minta. Besok paginya pasti kardus kamu sudah terisi.."

"Mmmpphhh... aku juga mau ahhh..", begitulah kalimat pertama yang terlintas di otak gue setelah mendengar cerita Sisil. Penasaran dong gue, kalau memang Sisil dapet, berarti Santa itu memang ada...

Pada malam Natal, gue melakukan hal yang persis Sisil ceritakan, sampai Bokap Nyokap gue nanya kardus itu mau gue apain, dan gue jelasin aja ke mereka tentang apa yang akan gue lakukan. Mereka hanya tersenyum.

Huahahahahaha.. gue masih inget banget kalimat-kalimat gue di surat itu:

"Sinterklas yang baik, Ruth mau sepatu roda dan sepatu mengkilat seperti Sisil. Nomor sepatuku --kalau nggak salah-- 34. Tapi jangan bawa Piet Hitam ke rumahku ya. Terima kasih Sinterklas."

Setelah gue meletakkan kardus itu di bawah pohon cemara yang ada di depan rumah gue, sebelum tidur gue berdoa, supaya Tuhan mengingatkan Sinterklas akan permintaan gue.

Malemnya gue deg-degan, ga bisa tidur, sedikit-sedikit ngintip ke jendela, pengen liat si Sinterklas buncit itu.. hahahahahaha.. tapi akhirnya gue tertidur juga.. dengan mimpi akan segera memiliki sepatu roda dan sepatu mengkilat.

Besok paginya, gue langsung menuju depan rumah gue, "kardusnya masih ada! Seneng deh lihatnya, pasti isinya ada hadiah-hadiah itu." Tapi....... kok kosong? Gue langsung nangis ke Bokap Nyokap, bilang ke mereka kalau ada yang ambil hadiah gue yang dari Sinterklas, huahahaha... konyol banget yaaa... Akhirnya gue bisa berhenti menangis setelah mereka menekankan kalau Sinterklas itu nggak ada, cuma ada di film-film saja, dan akhirnya gue percaya mereka.

Di artikel itu, gue jadi ngerti sekarang, mungkin mamanya Sisil melakukan hal yang sama seperti Ibu yang ada di cerita itu, makanya Sisil dapat hadiah. Huehehehehehe... Cuma entah gimana, gue percaya kalau Sinterklas itu ada, dan dia hanya --katanya-- memberikan hadiah kepada anak-anak baik, kalau anak nakal diangkut sama Piet Hitam, hehehehehehe... Cerita tentang Sinterklas, entah di televisi atau dimanapun selalu menarik buat gue.. Karena dia adalah sosok yang sangat membuat gue penasaran sampai sekarang.

Sinterklas dan Piet Hitam.... Seperti apa yaa aslinya? Umurnya sudah berapa? bla.. bla.. bla..
Kata temen gue, Sinterklas hidupnya di jaman baheula tapi legendanya masih tetap dan akan hidup sampai nanti.

Gimana menurut elo?

Toko dalam Toko Kelontong

"Toko dalam Toko Kelontong"
(oleh Emha Ainun Nadjib)

Dalam forum Maiyahan, tempat pemeluk berbagai agamaberkumpul melingkar,
sering saya bertanya kepada forum:
"Apakah anda punya tetangga?".
Biasanya dijawab:
"Tentu punya"
"Punya istri enggak tetangga Anda?"
"Ya, punya dong"
"Pernah lihat kaki istri tetangga Anda itu?"
"Secara khusus, tak pernah melihat"
" Jari-jari kakinya lima atau tujuh?"
"Tidak pernah memperhatikan"
"Body-nya sexy enggak?"
Hadirin biasanya tertawa.

Dan saya lanjutkan tanpa menunggu jawaban mereka:
"Sexy atau tidak bukan urusan kita, kan? Tidak usah kita perhatikan, tak usah kita amati, tak usah kita dialogkan, diskusikan atau perdebatkan. Biarin saja".

Keyakinan keagamaan orang lain itu ya ibarat istri orang lain.
Ndak usah diomong-omongkan, ndak usah dipersoalkan benar salahnya, mana yang lebih unggul atau apapun. Tentu, masing-masing suami punya penilaian bahwaistrinya begini begitu dibanding istri tetangganya,tapi cukuplah disimpan didalam hati.

Bagi orang non-Islam, agama Islam itu salah.
Dan itulah sebabnya ia menjadi orang non-Islam.
Kalau dia beranggapan atau meyakini bahwa Islam itubenar, ngapain dia jadi non-Islam?
Demikian juga, bagi orang Islam, agama lain itu salah.
Justru berdasar itulah maka ia menjadi orang Islam.

Tapi, sebagaimana istri tetangga, itu disimpan saja di dalam hati, jangan diungkapkan, diperbandingkan, atau dijadikan bahan seminar atau pertengkaran. Biarlah setiap orang memilih istri sendiri-sendiri, dan jagalah kemerdekaan masing-masing orang untuk menghormati dan mencintai istrinya masing-masing, tak usah rewel bahwa istri kita lebih mancung hidungnya karena Bapaknya dulu sunatnya pakai calak dan tidak pakai dokter, umpamanya.

Dengan kata yang lebih jelas, teologi agama-agama tak usah dipertengkarkan, biarkan masing-masing pada keyakinannya.

Sementara itu orang muslim yang mau melahirkan padahal motornya gembos, silakan pinjam motor tetangganya yangberagama Katolik untuk mengantar istrinya ke rumah sakit.

Atau, Pak Pastor yang sebelah sana karena baju misanyakehujanan,padahal waktunya mendesak, ia boleh pinjam baju kokotetangganya yangNU maupun yang Muhamadiyah.

Atau ada orang Hindu kerjasama bikin warung soto dengan tetangga Budha, kemudian bareng-bareng bawacolt bakke pasar dengan tetangga Protestan untuk kulakan bahan-bahan jualannya.

Tetangga-tetangga berbagai pemeluk agama, warga berbagai parpol, golongan, aliran, kelompok, atau apa pun, silakan bekerja sama di bidang usaha perekonomian, sosial, kebudayaan, sambil saling melindungi koridor teologi masing-masing. Bisa memperbaiki pagar bersama-sama, bisa gugur gunung membersihi kampung, bisa pergi mancing bareng bisa main gapledan remi bersama.

Tidak ada masalah lurahnya Muslim, cariknya Katolik, kamituwonya Hindu, kebayannya Gatholoco, atau apapun. Jangankan kerja sama dengan sesama manusia, sedangkandengan kerbau dan sapi pun kita bekerja sama nyingkaldan nggaru sawah.

Itulah lingkaran tulus hati dengan hati.
Itulah Maiyah.

Wasallam.
Emha Ainun Nadjib

Tuesday, November 09, 2004

Jangan Mencari Terlalu Sempurna

Jika kamu memancing ikan....
Setelah ikan itu terlekat di mata kail,
hendaklah kamu mengambil ikan itu....
Janganlah sesekali kamu LEPASKAN ia semula ke dalam air begitu saja....
Karena ia akan SAKIT oleh karena bisanya ketajaman mata kailmu
dan mungkin ia akan MENDERITA selagi ia masih hidup.

Begitulah juga .........
Setelah kamu memberi banyak PENGHARAPAN kepada seseorang...
Setelah ia mulai MENYAYANGIMU hendaklah kamu MENJAGA hatinya....
Janganlah sesekali kamu meninggalkannya begitu saja....
Karena dia akan TERLUKA oleh kenangan bersamamu
dan mungkin TIDAK dapat MELUPAKAN segalanya selagi dia mengingatmu....

Jika kamu menadah air biarlah berpada,
jangan terlalu mengharap pada takungannya
dan janganlah menganggap ia begitu teguh....
cukuplah sekadar keperluanmu....
Apabila sekali ia retak....
tentu sukar untuk kamu menambalnya semula....
Akhirnya ia dibuang....
Sedangkan jika kamu coba memperbaikinya mungkin ia masih dapat dipergunakan lagi....

Begitu juga jika kamu memiliki seseorang,
TERIMALAH seadanya....
Janganlah kamu terlalu mengaguminya
dan janganlah kamu menganggapnya begitu istimewa....
Anggaplah dia manusia biasa.
Apabila sekali dia melakukan KESILAPAN
bukan mudah bagi kamu untuk menerimanya....
akhirnya kamu KECEWA dan meninggalkannya.
Sedangkan jika kamu MEMAAFKANNYA
boleh jadi hubungan kamu akan TERUS hingga ke akhirnya....

Jika kamu telah memiliki sepinggan nasi...
yang kamu pasti baik untuk dirimu.
Mengenyangkan.
Berkhasiat.
Mengapa kamu berlengah, coba mencari makanan yang lain..
Terlalu ingin mengejar kelezatan.
Kelak, nasi itu akan basi dan kamu tidak boleh memakannya.
Kamu akan menyesal.
Begitu juga jika kamu telah bertemu dengan seorang insan.....
yang pasti membawa KEBAIKAN kepada dirimu.
MENYAYANGIMU...
MENGASIHIMU...
Mengapa kamu berlengah,
coba MEMBANDINGKANNYA dengan yang lain.
Terlalu mengejar kesempurnaan.
Kelak, kamu akan KEHILANGANNYA apabila dia menjadi milik orang lain
Kamu juga yang akan MENYESAL....

(Taken from one of HRFM's member mailing list.)

Pikirannya Sang Idealis

Kenapa sih orang pada pacaran?
Apa yang mereka cari dari pacaran?
Kalau pacaran adalah hubungan antara cewek dan cowok,
kenapa ada hubungan pacaran sesama jenis?
Akhir dari orang pacaran cuma ada dua, lanjut ke pernikahan dan putus..
Kalau pada akhirnya harus putus, kenapa orang mau ambil resiko dengan pacaran berkali-kali?
Padahal setiap putus, dia harus merelakan hatinya bersedu-sedan, stress, galau, dan lainnya..
Dan... banyak juga pasangan yang sudah cukup bahagia dengan keadaan hubungannya,
tapi kok tetep aja yaa 'nemplo sana - nemplok sini'?
Mendingan pacaran tuh yang bener aja deh..

Terlalu idealiskah pikiran ini?

Hubungan Tanpa Status, atau lebih sering disebut dengan HTS,
kenapa ada orang yang mau capek hati untuk berHTS ria?
Apa sih yang dicari dari hubungan itu?
Apa juga yang mereka lakukan dari hubungan itu?
Hubungan ini memang tanpa komitmen yang pasti.. apalagi jelas..
tapi, bukankah itu hanya menghabiskan waktu saja?
Mendingan pacaran aja sekalian..

Terlalu idealiskah pikiran ini?

Temen.. sahabat.. kawan.. atau apalah namanya..
Ada banyaaaaaaak banget disekeliling kita..
Tapi yang bener² temen baik, doohhhh... hari gini?!?!
Kenapa sih ada orang yang suka ngaku² sahabat si ini & si anu,
tapi dibelakangnya ngomongin hal-hal buruk tentang si ini & anu..?
Kenapa sih banyak temen yang suka nusuk dari belakang?
Kenapa sih banyak orang yang suka ngomongin temen sendiri?
lalu, begitu didepan orangnya bisa bermanis² ria?
Kok ada yaa orang bisa bilang, "pertemanan kita cukup sampai disini aja!"?
Sahabat itu susah banget dicari..
dasarnya cuma satu, saling percaya & membutuhkan, sama halnya dengan cari pasangan..
Ada juga yang bisa bermanis & berbaik hati kalo ada maunya.. ga malu ya?
Mendingan kalo mau temenan yaa temenan yang bener, kalo ga cukup say, "Hi!" aja..
ga penting juga kok buat dia kalo kita bermanis² ria alias munafik..

Terlalu idealis juga kah pikiran ini?
Atau.. apakah ini pertanda yang sangat jelas bahwa kita memang ga pernah merasa puas? Selalu mencari apa yang kita ga punya..
Lalu, bagaimanakah seharusnya kita bersikap?